Rabu, 11 September 2019

Sepak Terjang BJ Habibie Di Dunia Teknologi

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie tutup usia Rabu (11/9) sore, di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Pria kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu wafat akibat penyakit yang dideritanya, setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif sejak 1 September 2019.
Sebelum menjabat sebagai presiden ketiga RI, menggantikan Soeharto yang lengser pada Mei 1998, pria yang kala muda memiliki nama panggilan Rudy ini dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia berkat segunda prestasi dan jasa-jasanya. Dia juga sempat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi Indonesia pada tahun 1978.
Pada 1955, Habibie meninggalkan Indonesia untuk mengenyam pendidikan di RWTH Aachen University Jerman, bidang keilmuan yang ditekuninya adalah konstruksi pesawat. Setelah merampungkan pendidikannya, Habibie pun bekerja di salah satu perusahaan penerbangan Jerman bernama Messerschmitt Bolkow Blohm.
Di sana dia mencetuskan beberapa teori yang akhirnya dipakai dalam pengetahuan mengenai bidang penerbangan di dunia, di antaranya Termodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Seluruh penelitian yang dikerjakannya dilakukan untuk memajukan industri penerbangan, khususnya di Tanah Air.
Dengan keinginan sekaligus janjinya untuk mengembangkan industri pesawat Indonesia, Habibie pun memutuskan kembali ke Tanah Air dan menjadi penasihat pemerintah di sektor teknologi pesawat terbang serta teknologi tinggi pada 1974.
Sampai akhirnya dia pun memberanikan diri untuk membangun industri pesawat terbang pertama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara dengan mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Pesawat pertama yang di produksinya adalah pesawat N-250 yang menjadikannya sebagai pesawat penumpang pertama yang dirancang dan dibuat sendiri oleh Indonesia. Prototipe pertamanya dengan nomor PA-1 Gatot Kaca berkapasitas 50 penumpang berhasil terbang pada 10 Agustus 1995.
Pesawat N-250, Kode N Merupakan Nusanatara
Penggunaan kode N pada pesawat produkan IPTN itu merupaan Nusantara. N-250 disebut dapat terbang hingga jarak 1.270 kilometer dengan kecepatan maksimum 611 kilometer per jam.
Pada saat tahap perencaan, N-250 direncanakan akan dibuat dalam empat protoipe, yakni PA-1, PA-2, PA-3, dan PA-4. Sayangnya, hanya dua prototipe yang akhirnya diproduksi, menyusul diberhentikannya program pengembangan karena krisis ekonomi.
N-250 dengan nomor seri PA-1 Gatot Kaca memiliki kapasistas 50 penumpang dan mengudara untuk pertama kalinya pada 10 Agustus 1995 selama 55 menit. Sementara PA-2 Krincing Wesi memiliki kapasistas 70 penumpang dan pertama kali terbang di langit nusantara pada 19 September 1996.
Adapun PA-3 dan PA-4 yang telah direncanakan uji terbang pada Juli dan September 1996, hanya saja konstruksinya terpaksa dihentikan karena krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Kendati tidak berlanjut, hal ini menjadi sejarah besar Indonesia dan sekaligus menjadi catatan atas jasa-jasa yang telah diberikan Habibie dibidang teknologi, khususnya industri penerbangan di Indonesia. Kini putra bangsa tersebut telah tiada, namun semua jasanya tak akan terlupakan sepanjang masa. Selamat Jalan Bapak Teknologi Indonesia.


Sumber: Akurat.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar