Rabu, 04 September 2019

Rupiah Kembali Menguat Terhadap Dollar AS Saat Penutupan Perang Dagang

Terdengar kabar bahwa saat ini nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS kembali menguat, hal ini terjadi saat penutupan perdagangan Rabu (4/9/2019) dan Rupiah menguat 72 poin atau 0,51% menjadi Rp14.153 terhadap USD1.
Kuatnya Rupiah ini, menurut Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, disebabkan oleh data manufaktur China naik, adanya tanda perobosan perang dagang, dan Bresit kembali diambil alih parlemen Inggris.
"Pasar merespon seiring dengan hasil survei PMI bulan Agustus versi Caixin kembali menunjukkan adanya lonjakan aktivitas pada sektor Jasa Negeri Tiongkok yang merupakan level tertinggi dalam 3 bulan terakhir," kata Ibrahim di Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Hasil PMI sektor jasa China bulan Agustus tercatat sebesar 52,1 poin, lebih tinggi dari capaian Juli yang sebesar 51,6 poin. Pesanan baru tumbuh ke level paling tinggi dalam empat bulan terakhir, penjualan luar negeri tetap tumbuh solid, dan indeks ketenagakerjaan melesat ke level tertinggi sejak Juni 2018, dilansir dari Trading Economics.
Sebelumnya, rilis data PMI sektor manufaktur China bulan Agustus juga naik dari 49,9 poin menjadi 50,4 poin.
"Aktifitas bisnis Negeri Tiongkok yang masih mampu membukukan ekspansi di tengah eskalasi perang dagang dengan AS memberi harapan pada pelaku pasar bahwa perekonomian China dan pasokan global masih memiliki peluang untuk tumbuh," tambah Ibrahim.
Sementara itu, rilis data PMI manufaktur AS bulan Agustus versi ISM (Institute for Supply Management) mencatatkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak Januari 2016.
Angka PMI manufaktur tercatat hanya sebesar 49,1 poin, lebih rendah dari konsensus pasar yang memproyeksi di level 51,1 poin, dilansir dari Trading Economics. Kontraksi tersebut disebabkan penurunan signifikan pada indeks pesanan baru dan indeks ketenagakerjaan.
Selain itu, pasar kembali optimis setelah keberhasilan anggota parlemen Inggris dalam merebut kendali waktu parlemen untuk mencoba dan memblokir Brexit yang tidak ada kesepakatan pada Selasa malam.
Terkait terobosan perang dagang, ada beberapa tanda antara pejabat  AS dan China di AS setelah Presiden AS Donald Trump turun ke Twitter Selasa untuk memperingatkan bahwa ia akan "lebih keras" terhadap Beijing dalam masa jabatan kedua jika pembicaraan perdagangan berlarut-larut.
Dari sisi domestik, walaupun ekonomi dalam negeri cukup stabil dibandingkan dengan ekonomi negara maju lainnya namun Bank Indonesia(BI) tetap waspada.
Setiap hari fundamental ekonomi bisa berubah-ubah akibat ketidakpastian ekonomi global yang masih sulit di prediksi, apalagi soal perang dagang antara AS dan China, Brexit, krisis di Argentina dan Turki serta tensi geopolitik di Timur tengah.
Oleh karena itu BI terus melakukan intervensi baik secara masif maupun intervensi secara langsung di pasar Valas dan Obligasi/ Saham Hipotik di perdagangan DNDF apabila di perlukan.
Dalam transaksi besok, Ibrahim memperkirakan, Rupiah kemungkinan masih akan menguat karena fundamental eksternal masih mendukung. Rnage 14.145-14.200.


Sumber: Akurat.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar