Rabu, 11 September 2019

Mengenang Tragedi WTC 11 September, Inilah 5 Kisah Muslim Yang Turut Menjadi Korban

Genap 18 tahun Warga Amerika Serikat berduka akibat serangan terorisme yang meruntuhkan 2 menara kembar World Trade Center (WTC) yang terjadi pada tanggal 11 September 2001 lalu. Akibatnya, hampir 3 ribu orang tewas dan 6 ribu lainnya luka-luka.
Tragedi ini bermula pada pukul 08.46 pagi saat American Airlines dengan nomor penerbangan 11 dibajak dan ditabrakkan ke menara utara WTC. Beberapa saat setelah itu, 5 pembajak lain menabrak menara selatan WTC dengan pesawat United Airlines nomor penerbangan 175.
Meski telah berselang 18 tahun, kejadian ini masih membekas dan diingat di seluruh dunia. Kelompok ekstremis Islam, Al-Qaeda, dinyatakan sebagai dalangnya.
Meski serangan terorisme tersebut berkedok agama, ternyata sejumlah Muslim tak luput menjadi korban dalam tragedi tersebut. Ada yang sehari-harinya bekerja di WTC, ada yang menumpang pesawat nahas itu, tetapi ada pula yang ikut tewas saat berupaya menolong korban.
Dihimpun oleh AKURAT.CO dari berbagai sumber, inilah kisah 5 Muslim yang tewas dalam tragedi WTC 11 September.
1. Mon GjonBalaj
Saking susahnya menyebut nama belakangnya, rekan-rekan kerja pria keturunan Albania ini kerap memanggilnya "Jambalaya". Ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih di WTC. Mon dikenal sangat bersahabat. Bahkan, ia kerap datang satu jam lebih awal dari jam bekerja demi mengobrol dengan teman-temannya.
Di usianya yang tak lagi muda, Mon seharusnya sudah pensiun setahun sebelum kejadian nahas ini, tepatnya pada tahun 2000. Namun, ia sangat mencintai pekerjaannya. Menara kembar itu pun sudah dianggapnya sebagai rumah kedua.
Begitu WTC diserang, Mon masih sempat menelepon keluarganya.
"Aku terjebak. Aku tak yakin bisa melihat kalian lagi. Tolong jaga kerukunan keluarga. Tetaplah kuat," itulah pesan terakhir Mon pada 3 putranya yang tinggal di Bronx.
2. Mohammed Salman Hamdani
Terlahir di Pakistan, Mohammed Salman Hamdani sudah mengantongi kewarganegaraan Amerika Serikat. Namun, dua adiknya kerap menggodanya agar ia pulang ke Pakistan saja. Pria yang akrab dipanggil Sal ini tak bisa membalasnya lantaran 2 adiknya terlahir di Negeri Paman Sam setelah keluarganya bermigrasi.
Sedari kecil, Sal memang ingin dianggap sebagai anak Amerika seutuhnya. Penggemar Star Wars ini hanya mau sekolah di AS. Ia pun menjadi asisten riset di Rockefeller University dan bekerja sambilan sebagai sopir ambulans.
Sayangnya, saat pemuda yang saat itu masih berumur 23 tahun menghilang sejak 11 September, beredar gosip-gosip buruk tentangnya. Sebagai muslim dan bekerja di laboratorium, sebagian orang mengira dirinya terkait kelompok teroris.
Beberapa bulan kemudian, gosip itu terbantahkan. Jasad Hamdani ditemukan di dekat menara utara. Rupanya ia pergi ke sana untuk menolong para korban yang tak dikenalnya. Tak disangka ia turut menjadi korban dalam insiden nahas tersebut.
3. Rahma Salie
Perempuan Muslim ini merupakan keturunan Sri Lanka yang dibesarkan di Jepang. Ia menikah dengan Michael Theodoridis, keturunan Yunani yang mualaf pada tahun 1998. Pasangan ini tinggal di pinggiran Boston.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Di hari yang nahas itu, mereka terbang dengan American Airlines nomor penerbangan 11 untuk menghadiri pesta pernikahan di California. Pesawat itu pun ditabrakkan ke menara utara WTC dan 92 orang di dalamnya tak ada yang selamat. Tragisnya, Salie sedang mengandung 7 bulan.
Salah satu karyawan Theodoridis, Abdullah Haydar, menceritakan betapa antusias bosnya itu karena akan segera menjadi ayah. Pasalnya, bayi dalam kandungan Salie merupakan calon anak pertama mereka. Nahas, ketiganya tewas dalam tragedi 9/11.
4. Syed Abdul Fatha
Pria yang wafat di usia 54 tahun ini dikenal sebagai muslim yang taat. Ia tak pernah lupa menjalankan kewajiban salat 5 waktu. Sehari-harinya, Fatha bekerja di ruang fotokopi Aon Insurance di WTC.
Jika sedang tak banyak pekerjaan, ia menyempatkan diri membaca Alquran. Fatha bahkan ingin membelikan Alquran berbahasa Spanyol untuk rekan kerjanya, Beatriz Soto. Pasalnya, ia ingin memperkenalkan agama Islam pada rekannya itu.
Fatha pergi ke Amerika Serikat di tahun 1995, meninggalkan 6 anak dan mantan istrinya di Bangalore, India. Di Negeri Paman Sam, ia menikahi seorang wanita muslim asal Guyana. Sebenarnya, Fatha berencana mengajukan naturalisasi kewarganegaraan. Dengan begitu, ia bisa membawa anak-anaknya ke Amerika. Namun, sebelum keinginannya terwujud, Tuhan telah memanggilnya.
5. Karamo Trerra
Di mata sang istri, Sharon Schultz, pria yang wafat di usia 40 tahun ini adalah seorang yang disiplin, pendiam, baik, jujur, lemah-lembut, dan mudah bergaul. Ia juga dikenal religius, suka berbagi, pekerja keras, dan humoris. Terlebih lagi, teknisi komputer ini tak suka berpura-pura dan menggosipkan orang lain.
Trerra juga berhasil menjembatani banyaknya perbedaan di antara suami-istri ini. Trerra tinggi, sedangkan Schultz pendek. Trerra kurus, sedangkan Schultz berisi. Trerra dibesarkan di Gambia, sedangkan Schultz tumbuh besar di Long Island. Trerra seorang Muslim, sedangkan Schultz seorang Yahudi.
Pada 12 September 2001, sebenarnya pernikahan mereka genap berusia 4 tahun. Tak disangka, Trerra harus berpulang meninggalkan Schultz sehari sebelumnya.
Itulah kisah 5 muslim yang turut menjadi korban dalam tragedi WTC pada 11 September 2001 lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar