Selasa, 17 September 2019

RUPS Bank BNI Lahirkan Dirut Baru, Berikut Sejarah Singkat Dirut Baru Bank BNI


Achmad Baiquni ditunjuk dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebagai direktur utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Sebelumnya, Achmad Baiquni merupakan direktur keuangan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sejak 20 Mei 2010. Tercatat, Achmad Baiquni memulai karir perbankan nya di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., sejak tahun 1984.

Baiquni juga pernah meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung pada 1982. Yang kemudian, Baiquni melanjutkan dengan meraih gelar Master of Business Management dari Asian Institute of Management, Makati, Filipina pada 1992.

Baiquni telah mengikuti beberapa pelatihan, kursus dan seminar perbankan termasuk Risk Management in Retail Banking (BSMR) di Belanda, Executive Training for Director di The Wharton School of The University of Pennsylvania Amerika Serikat, dan Bank Indonesia’s Executive Risk Management Certification (BSMR) di Singapura.

Selain itu, pria kelahiran Surabaya pada 1957 ini juga pernah mengikuti Retail Banking Conference (LAFERTY) di Singapura, Asian Bankers Surveyor Program Bank of New York di New York, dan SESPIBANK IBI di Jakarta. Mewakili BRI dalam berbagai roadshow maupun conference di London, New York dan Singapura.

Tidak hanya direksi, pemegang saham juga merombak jajaran dewan komisaris emiten berkode saham BNI tersebut.


Sumber: Liputan6.com

Sejarah Singkat Direktur Umum Yang Terbaru Dari Bank BNI


Dirut baru Bank Negara Indonesia (BNIAchmad Baiquni memiliki sejarah panjang di dunia keuangan utamanya perbankan. Berikut, sejarah singkat Achmad Baiquni.
Warga Negara Indonesia, 57 tahun. Diangkat sebagai Direktur Keuangan BRI sejak tanggal 20 Mei 2010. Memulai karir perbankan di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 1984. Sebelumnya pernah menduduki beberapa jabatan manajerial, diantaranya adalah Direktur Bisnis Usaha Kecil, Menengah, dan Syariah, Direktur Korporasi, Direktur Konsumer, dan Pemimpin Divisi Pengelolaan Bisnis Personal.

Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung (1982) dan Master of Business Management dari Asian Institute of Management, Makati, Filipina (1992). Telah mengikuti beberapa pelatihan, kursus dan seminar perbankan termasuk Risk Management in Retail Banking – BSMR (Belanda); Executive Training for Director – The Wharton School of The University of Pennsylvania (Amerika Serikat); Bank Indonesia’s Executive Risk Management Certification – BSMR (Singapura); Retail Banking Conference – LAFERTY (Singapura); Asian Bankers Surveyor Program – Bank of New York (New York); dan SESPIBANK – IBI (Jakarta). Mewakili BRI dalam berbagai roadshow maupun conference di London, New York dan Singapura.


Sumber: republika.co.id

Bank BJB Siap Sambut Era Perbankan Digital


Era digital seperti sekarang memang bisa mempermudah setiap orang, banyak sekali kebutuhan-kebutuhan yang bisa kita dapat melalu peran media sosial ataupun e-commerce, termasuk juga soal perbankan.

Bicara soal perbankan di era digital, Bank BJB hadir dengan jajaran manajemen baru yang akan menjawab tantangan perkembangan digital di tengah persaingan yang kian kompetitif.

Jajaran direksi Bank BJB saat ini dipimpin oleh Yuddy Renaldi sebagai Direktur Utama, Agus Mulyana sebagai Direktur Kepatuhan, Nia Kania sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Rio Lanasier sebagai Direktur IT, Treasury, dan International Banking, Suartini sebagai Direktur Konsumer dan Ritel serta Tedi Setiawan sebagai Direktur Operasional. 

Bank dengan kode emiten BJBR ini berhasil menorehkan kinerja positif pada Triwulan II 2019.  Dimana Bank BJB mencatatkan aset sebesar Rp120,7 triliun atau tumbuh sebesar 6,4% year on year yang didukung oleh penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp95,1 triliun atau tumbuh 7% y-o-y. Dengan Total kredit meningkat 8,2% menjadi sebesar Rp78,2 triliun. Kinerja bisnis tersebut membuat bank bjb berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp803 miliar. 

”Peningkatan layanan diharapkan menjadi pondasi bank bjb untuk mencapai visi menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia lewat bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan,” ujar Direktur Utama bank bjb pada sesi pemaparan kinerja dalam acara Analyst Meeting Triwulan II 2019 di Jakarta, Kamis (25/7/2019). 

Berbagai langkah strategis ysng ditempuh Bank BJB untuk percepatan bisnis dan peningkatan layanan kepada nasabah. Agus Mulyana yang juga termasuk jajaran direksi Bank bjb akan melakukan pengembangan digitalisasi produk dan layanan, dengan rencana pengembangan jangka pendek yang akan dilakukan yaitu melakukan akselerasi pembangunan beberapa produk dan layanan elektronik serta digital banking antara lain:
  • Pengembangan e-money server based untuk transaksi menggunakan QR Code. 
  • Perluasan fitur dari mobile banking bank bjb termasuk bjb Digi yang lebih user friendly. 
  • Integrasi bisnis digital dengan perusahaan Fintech termasuk e-commerce. 
  • Self service banking machine atau e-kiosk dan transaksi menggunakan chat bot.
Sedangkan untuk pengembangan jangka panjang dalam digitalisasi layanan, Bank BJB dengan jajaran komisaris diisi oleh Farid Rahman sebagai Komisaris Utama Independen, Eddy Iskandar Muda Nasution dan Muhadi sebagai Komisaris, serta Fahlino F. Sjuib dan Yayat Sutaryat sebagai Komisaris Independen.akan mengoptimalkan kolaborasi dengan pemerintah daerah dalam bentuk elektronifikasi layanan pengelolaan keuangan daerah, antara lain digitalisasi layanan publik, digitalisasi Pemerintahan Daerah dan mendukung program Smart City. 

"Kami meyakini di dalam setiap perubahan akan selalu ada peluang dan tantangan untuk dihadapi. bank bjb siap menghadapi tantangan-tantangan baru ini dan membuktikan bahwa bank bjb merupakan bank yang adaptif dan dinamis dalam merespon kebutuhan layanan transaksi nasabah,"  ujar Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi.


Sumber: Ayobandung.com

Bank BJB Raih Penghargaan TOP GRC 2019 Berkat Pengelolaan Resiko Yang Baik


Salah satu kunci yang harus diterapkan dalam setiap usaha bisnis adalah Pengelolaan risiko. Peran manajemen risiko yang lebih banyak berada di balik layar ini tak akan banyak terlihat. Namun pada dasarnya, fungsinya terlampau besar untuk dihiraukan begitu saja. Seperti halnya "Bak menggali untuk menutup lubang" tanpa risiko yang terkelola dengan baik, penetrasi usaha yang dilakukan tak akan menjadi apa-apa. 

Sebagai Plt Dirut Bank BJBAgus Mulyana Sudah baik dalam kinerja dengan Menerapkan Pengelolaan Risiko yang Baik. Bank bjb menyadari sekali dalam signifikansi yang dimainkan pengelolaan risiko usaha ini. Fungsinya yakni untuk membangun dasar analisis yang kuat sehingga berbagai langkah untuk pengambilan keputusan usaha yang dijalankan perbankan bisa terhindar dari risiko merugikan bahkan mendorong ekspansi keuntungan pada level optimal. 

Pola manajemen risiko yang diterapkan bank bjb selama ini sudah terbukti berhasil dengan memberi rasa aman sekaligus menunjang pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Hal tersebut bisa dilihat dari kualitas kredit bank bjb yang berhasil dijaga dengan baik .

Catatan perseroan pada Semester I 2019 rasio Non Performing Loan (NPL) bank bjb terjaga di level 1,7% atau lebih baik dibanding rasio NPL industri perbankan per Mei 2019 yang sebesar 2,61%. Sementara itu, rasio Net Interest Margin (NIM) bank bjb berada pada level 5,7% atau berada di atas rata-rata rasio NIM industri perbankan yang mencapai 4,9%. 

Sedangkan dari segi kinerja, tercatat total aset bank bjb berhasil tumbuh 6,4% year on year (yoy) menjadi sebesar Rp120,7 triliun. Pertumbuhan aset ini didukung oleh penghimpunan DPK sebesar Rp95,1 triliun atau tumbuh sekitar 7% yoy. Sedangkan untuk laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp803 miliar. Untuk total kredit yang disalurkan mencapai Rp78,2 triliun atau tumbuh sebesar 8,2% yoy. 

Positifnya langkah pengelolaan risiko perusahaan ini juga diakui berbagai pihak yang kompeten, termasuk di antaranya Top Business, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA), Institute Compliance Professional Indonesia (ICoPI), dan Asia Business Research Center yang saling bekerja sama memberikan Sebuah penghargaan TOP GRC (Governance, Risk & Compliance) 2019. 

Dalam hajat tersebut, bank bjb mendapatkan penghargaan TOP GRC 2019 #4 Stars. Bank bjb dinilai telah menerapkan manajemen risiko dan kepatuhan sangat baik. Penghargaan ini dinilai dari tiga aspek utama, yakni sistem, infrastruktur, dan implementasi tata kelola perusahaan. 

Dewan juri menilai sistem, infrastruktur, dan implementasi tata kelola perusahaan yang baik (GCG), manajemen risiko dan manajemen kepatuhan di perusahaan, berada di tingkat yang sangat baik sehingga dapat mendukung peningkatan kinerja bisnis perusahaan yang berkelanjutan. Direktur Kepatuhan bank bjb Agus Mulyana juga didapuk sebagai The Most Committed GRC Leader 2019 dalam ajang ini. 

"bank bjb menyadari berbagai langkah usaha yang dilakukan perseroan harus dilandasi oleh tujuan mulia untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi negeri. Seluruh keputusan perusahaan selalu didasarkan pada prinsip tata kelola yang baik, didukung analisis tajam untuk melihat berbagai peluang dan ikhtiar nyata demi mempertahankan kebutuhan nyata dan berkelanjutan," kata Pemimpin Divisi Corporate Secretary bank bjb, M. As'adi Budiman. 

TOP GRC adalah kegiatan pembelajaran bersama tentang governance, risk, and compliance sekaligus apresiasi kepada perusahaan yang dinilai berkinerja baik dan telah menerapkan GRC dalam pengelolaan usaha bisnisnya. bank bjb sendiri selalu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik alias good corporate governance (GCG) dalam setiap langkah usahanya. Penerapan sistem tata kelola ini merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menghindari potensi fraud yang merugikan berbagai pihak dari beragam aspek. GCG bank bjb telah terbukti bekerja dengan baik dan beberapa kali membuat perbankan diganjar penghargaan, tak terkecuali dari lembaga antirasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).


Sumber : Ayobandung.com

Bank BJB Angkat Agus Mulyana Menjadi Plt Dirut di BJB


Dengan diberhentikannya Ahmad Irfan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), membuat Direktur Kepatuhan Bank  BJB, Agus Mulyana ditunjuk menjadi pelaksana tugas (plt) direktur utama (dirut) di Bank BJB.  

RUPSLB juga menetapkan akan membuka seleksi calon dirut baru until menjalankan visi baru perseroan sebagai agen pembangunan daerah pun dalam meningkatkan penetrasi kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

“Dirut baru hasil fit and proper test akan dilantik Maret (2019) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan. Tetapi sesuai ketentuan OJK, posisi dirut tidak boleh kosong. Jadi ada rangkap jabatan oleh direktur kepatugan sebagai plt dirut,” ucap Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Bandung, Selasa (11/12).

Dalam agenda perubahan pengurus RUPSLB, pemegang saham menyetujui perubahan pengurus Perseroan yaitu memberhentikan dengan hormat Ahmad Irfan selaku Direktur Utama Bank BJB.

Pemberhentian ini terhitung sejak ditutupnya Rapat dan Pemberhentian Agus Gunawan selaku Direktur Komersial dan UMKM Bank BJB yang wafat pada tanggal 9 November 2018.

Selain itu, pemegang saham juga menyetujui pemberhentian dengan hormat Komisaris Utama Independen Bank BJB Klemi Subiyantoro beserta dua Komisaris Independen Bank BJB Rudhyanto Mooduto dan Suwarta.

Suartini selaku Direktur Konsumer dan Ritel Bank BJB akan rangkap melaksanakan tugas dan tanggung jawab Direktur Komersial dan UMKM perseroan. Adapun pengurus lainnya tidak mengalami perubahan yaitu Nia Kania sebagai Direktur Keuangan dan Fermiyanti sebagai Direktur Operasional serta Muhadi sebagai Komisaris Bank BJB dan Yayat Sutaryat sebagai Komisaris Independen Perseroan.

“Mendapat mandat RUPS merangkap sebagai dirut. Hal biasa dalam organisasi. Saya akan terus menjalankan program-program yang sudah dibangun oleh Pak Ahmad Irfan, dan akan memerbaiki jika ada kekurangan,” tukas Agus Mulyana.

Di ketahui Agus Mulyana  sempat menjabat Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank BjB sejak Mei 2015. Pria kelahiran Bandung tahun 1964 ini sebelumnya pernah menjadi Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank BJB pada periode 2014 – 2015, dan Pemimpin Kantor Wilayah III Bank BJB sepanjang 2013 – 2014. 


Semakin Canggih, Apakah Teknologi AI Akan Menggantikan Peran Manusia?

Seiring berjalannya waktu, teknologi memang semakin pesat perkembangannya, terlebih lagi kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan atau AI memang mengalami perkembangan yang cukup pesat dan banyak diimplementasikan di berbagai sektor. Namun, teknologi tersebut dinilai tidak akan sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam pekerjaan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, kecerdasan buatan memang dapat membantu pekerjaan, bahkan berpotensi menggantikan peran manusia.
Tetapi hal itu hanya berlaku untuk proses kerja atau kegiatan yang bersifat repetitif. Sementara untuk pekerjaan yang sifatnya spesifik tidak dapat digantikan.
"Sesuatu yang sifatnya repetitif itu bisa digantikan dengan AI dengan mudah. Kalau kita lihat bank itu sekarang sudah pakai chatbotnggak pakai lagi customer service," ujarnya kepada wartawan disela-sela acara Youth Dialogue 2019, Selasa (17/9/2019), di Hotel Borobudur Jakarta.
Selain itu, teknologi kecerdasan buatan tetap memerlukan peran dari manusia. Pasalnya, tidak seluruhnya dapat bekerja secara mandiri dan membutuhkan operator atau teknisi untuk menjalankannya.
Sehingga, langkah yang perlu dilakukan ialah melakukan pengembangan keterampilan dari sumber daya manusia (SDM) dalam bidang teknologi. Hal tersebut guna mengantisipasi hilangnya peluang kerja, sekaligus membekali kemampuan baru yang tidak mudah digantikan oleh teknologi.
"Kominfo sendiri kan sekarang (melatih) 25 ribu digital talent. Itu fokus kepada peningkatan keterampilan dan nanti di sertifikasi oleh misalnya Google dan sebagainya," kata Rudiantara.
Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi CSIS Jakarta, Yose Rizal Damuri menjelaskan implementasi AI memiliki peran yang luas. Di satu sisi, teknologi tersebut membawa berbagai potensi dan kesempatan baru, namun di sisi lain ada pula risiko yang harus diantisipasi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melatih dan mengembangkan kemampuan baru SDM. Agar mereka yang pekerjaannya tergantikan oleh teknologi tetap bisa bekerja di posisi lain yang membutuhkan keterampilan berbeda.
"Di sini saya pikir program pemerintah meningkatkan keterampilan dan human capital sangat tepat. Tinggal jalannya gimana apa yang perlu ditingkatkan bagaimana programnya perlu dirumuskan dengan tepat," kata Yose kepada wartawan.

Sumber: Akurat.co

Tidak Sesuai Harapan, Menkominfo Sebut Robot Sophia Tidak Secerdas Yang Dibayangkan

Nampaknya teknologi kecerdasan buatan yang ada di robot Sophia tidak sesuai yang di harapkan Menkominfo.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara yang menyebutkan bahwa robot manusia Sophia tidak secerdas seperti yang dibayangkan. Hal itu diungkapkannya usai menguji kemampuannya dengan melontarkan beberapa pertanyaan.
"Ternyata nggak pinter-pinter amat. Kenapa, karena saya pun nanyanya harus menggunakan cue card karena kan pertanyaan di sana di programnya jawabnya apa," ujar Rudiantara kepada wartawan disela-sela acara Youth Dialogue 2019, Selasa (17/9/2019), di Hotel Borobudur Jakarta.
Rudiantara mengatakan sering kali kita beranggapan bahwa robot dengan teknologi kecerdasan buatan, Machine Learning bahkan Deep Learning sudah benar-benar cerdas. Hanya saja, baginya Sophia tidak seberkesan dalam video yang kita lihat selama ini.
Kendati demikian, Sophia menjadi salah satu perkembangan teknologi kecerdasan yang luar biasa. Pasalnya, dalam kurun waktu 3,5 tahun, robot manusia tersebut sudah bisa menampilkan beberapa hal, salah satunya berinteraksi dengan manusia.
Rudiantara menyebut jika pengelolaan big data robot Sophia terus dikembangkan, sangat mungkin pada 3 tahun kedepan kemampuannya akan meningkatkan 10 hingga 20 kali lipat dari saat ini. Hal tersebut karena dalam meningkatkan kemampuan AI, diperlukan jumlah data yang besar untuk dipelajari oleh sistem.
Jika data yang diterima dan disimpan robot Sophia semakin banyak, maka dapat dipelajari oleh sistem dan digunakannya untuk berinteraksi dengan manusia.
"Artinya pertumbuhannya eksponensial. Karena apa, datanya kan makin banyak, diksinya makin banyak, sehingga dia makin bisa membuat algoritma," ungkapnya.
"Mungkin kalau 2 tahun lalu sophia datang ke sini, kita nggak perlu pakai Cue card nanyanya, jadi bebas. Itu impresi saya tentang Sophia," pungkasnya.

Sumber: Akurat.co